Monday, November 26, 2018

Disabilitas tanpa batas


Assalamu Alaikum, readers!

Hari ini saya membagi sedikit cerita tentang apa yang terjadi kemarin. Karena bosan lihat layar hape dan gak ada kerjaan, untuk mengisi waktu luang timbullah rasa ingin buat nulis, ngecharge diri buat nulis itu harus sangat sangat berusaha keras. Meskipun ada beberapa topik yang mau saya bahas tapi rasa mager itu mengalahkan segalanya teman-teman. Saya kira ada beberapa orang yang hampir sama dengan saya. Ehheeh
Oke, beberapa hari yang lalu saya kekampus untuk mengurus beberapa urusan yang mahasiswa tingkat akhir harus penuhi, saya hari itu mau mengajukan judul skripsi saya ke dosen pembimbing saya . karena eh karena beliau belum datang jadilah saya menunggu di depan ruang dosen, setelah beberapa menit, saya mulai bosan karena beliau belum nampak, jadilah saya berjalan menuju “meja panjang”, we called this meja panjang karena meja sama tempat duduknya emang panjang gak tau berapa meter yang jelas panjang, ditempat ini biasa ditempati oleh kami para mahasiswa buat kerja tugas atau sekedar duduk menunggu.
Tak lama kemudian saya dengar ada yang menjual kripik pisang, dan menolehlah saya karena si bapak ini tadi suaranya lumayan besar, kemudian dia mulai menjajakan jualannya ke beberapa mahasiswa yang ada di meja panjang tersebut which is yang saya tempati buat menunggu tadi, disitu si bapak ini pegang tongkat, ternyata dia gak bisa melihat tapi dia tetap jualan gitu. Dan kripik pisang yang si bapak jual ini banyak sekantong gede itu loh, dan di bawa seorang diri dengan mengandalkan tongkatnya. Bapak ini terus berteriak buat menjajakan jualannya. Setelah itu mungkin dia mulai lelah jadi si bapak ini duduk di meja panjang dengan caranya sendirilah, taukan kalo orang yang gak bisa melihat mau duduk kayak gimana, ga perlu saya jelaskan lagi yang jelas dia ngandalin tongkat dan tangan itulah. Setelah duduk dia mulai teriak lagi sebagaimana penjual pada umumnya. Disini saya diam karena saya mau melihat apa reaksi dari orang-orang yang ada disana, jadi saya memilih tetap diam dulu di tempat, mencermati dan beberapa menit tak terjadi apa-apa. Kemudian si bapak ini mulai jalan lagi, si bapak ini tepat ada di depan meja tempat saya duduk, dan disitu dia berdir dan berteriak “kripik pisang...”, lalu ada beberapa yang menengok si bapak, abis itu sudah mereka asik lagi dengan kesibukan mereka masing-masing. Setelah itu mungkin si bapak mulai lelah dia mulai berjalan lagi duduk di tempat yang sama. Karena saya penasaran sama jualan si bapak ini jadilah saya menghampiri si bapak ini, dan bertanya berapa harga si kripik pisang yang dia jual, ternyata harganya 10rb, lalu saya memberi bapak ini uang 5rb 2 lembar, kata si bapaknya ini uang berapa dek yah saya bilang apa yang saya kasihlah. Trus saya mulai ke tempat saya yang tadi dan ada beberapa orang yang mulai melihat saya ada yang heran dan ada yang hanya menengok mungkin dia penasaran. Dan tak berapa lama kemudian si bapak ini pun pindah ketempat duduk sebelah tepat seluruh dengan tempat duduk yang saya tempati, kemudian muncullah 4 orang junior saya yang juga membeli kripik pisang si bapak, yang saya amati dari jauh sepertinya mereka bercakap-cakap yang, dan sesekali tertawa kecil. Lalu tak lama setelah itu teman saya inisial I itu juga ingin membeli si kripik pisang bapak ini, jadi kita berdua menghampiri si bapak ini, ini sudah kali kedua saya kebapak itu, dan akhirnya saya tidak melewatkan sesuatu akhirnya saya bisa berbicara dengan sibapak ini, alias basa basi gitulah, iseng-iseng nanya nih, saya nanyanya lumayan banyaklah, dan guys ternyata si bapak ini udah jualan 6 tahun dengan mata yang tidak bisa melihat ini, dan disini saya tu merasa waah, hebat yah si bapak ini memiliki keterbatasan tapi gak membatasi dia harus mencari nafkah, dia berjualan di beberapa kampus di makassar dan tinggal di jl.kumala katanya which is itu jauh banget gitu loh, buat sampe ke Univ saya, usut punya usut si bapak ini katanya jalan menjajalkan si kripik pisang mengandalkan Allah dan instingnya. Dan yang buat saya makin kagum sama ini bapak karena dia itu bisa berbahasa inggris, karena dia nanya ke saya pake bahasa inggris yang biasa orang pake buat basa basi kenalan gitu, and then you know i’m so surprised, saat tau ternyata dia sangat peduli dengan yang namanya pendidikan, gak mau ketinggalan, cuman keadaan aja yang membuat dia seperti ini tapi semangatnya untuk belajar bahasa tidak pantang menyerah, si bapak ini juga bilang kalo meskipun saya punya keterbatasa tapi saya tetap harus punya pengetahuan meskipun sedikit, yah benar 100% banget karena meskipun kita punya berbagai keterbatasan tapi jangan jadikan alasan buat kita untuk malas terhadap apapun itu. Tidak ada kata untuk menyerah. Apalagi terlambat. Sumpah saya appreciated sekali sama si bapaknya, dari pada mereka yang ngemis apalagi ngemisnya kayak rada maksa, Ya Allah ampun aku tuh. Di Univ saya juga kadang ada pengemis dan saya tuh kadang gak ngasih karena mereka tuh fisiknya kuat, fisiknya gak kayak si bapak ini, tapi mereka malas kerja, setidaknya berusahalah jangan maunya diberi ajalah. Saya kalo ada pengemis begitu kadang malas buat memberi gak tau kenapa kayak mereka tuh gak ada usaha banget gitu buat nyari kerja. Belum lagi kalo yang kayak gitu anak-anak, astaga ngeri beud. Banyak juga yang kadang bilang udah kasih aja urusan dia mau apain juga itu urusan dia yang jelas kita udah kasih terserah dia mau diapain, yakali saya pemikirannya gak gitu. Saya lebih menghargai kalo dia ada usaha ketimbang tangan di bawah. Ohiya, terima kasih untuk si bapak ini (lupa tanya namanya guys. Hehe) karena ada beberapa pelajaran yang bisa saya petik dari semangat dia untuk hidup dengan keterbatasan dan mampu untuk tetap semangat belajar.

No comments:

Post a Comment

Secangkir Kopi

CERITA DIBULAN JULY

Hari ini terasa sesak, sampai-sampai bernafas pun susah. Leen merasa tak berdaya kali ini ketika mendengar berita buruk yang datang. Tak...